Kamis, 25 Oktober 2012

SEMANTIK

-->
Teks Sastra Lisan Daerah: Sebuah Kajian Semantik
Silvi Restu Suseno (2322110019)

Abstrak
Berbahasa adalah salah satu aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud bila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbahasa, struktur berbahasa itu penting. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, dalam dunia berkomunikasi terdapat perubahan, pengurangan bahkan penambahan dalam berbahasa itu sudah menjadi kebiasaan umum. Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran bahwa lirik lagu merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai media dan mencerminkan kehidupan masyarakat. Obyek penelitian ini adalah teks sastra lisan daerah Serang yang dinyanyikan pada saat menimang anak. Lirik lagu ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Serang dan sudah berumur cukup lama, lagu ini biasanya dinyanyikan pada saat santai. Bahasa yang terdapat dalam lagu ini tentunya memiliki makna yang perlu diungkap guna mendapat pemahaman terhadapnya. Pembahasan atau penelitian ini berupa deskripsi dari hasil analisis terhadap teks sastra lisan atau lirik lagu daerah Serang menggunakan pendekatan semantik.
Kata-kata kunci: teks sastra lisan atau lirik lagu daerah Serang, semantik.
Pendahuluan
Bahasa sebagai milik masyarakat tersimpan dalam diri setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa dan tingkah laku bahasa individu ini dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat yang lain. Manusia sehingga makhluk sosial dalam berinteraksi tidak bisa lepas dari komunikasi antarmanusia yang satu dengan yang lain, sebagai alat komunikasi, bahasa mampu mewakili pesan yang diterima oleh penerima tutur tidak akan sempurna bila tidak ada respon dari orang lain. Dengan memahami fikiran, perasaan dan gagasan orang lain.
            Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar, satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
            Sumarsono (2007:13) mengemukakan masyarakat itu terdiri dari individu-individu, secara keseluruhan individu saling memengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang sebagai milik masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu. Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku bahasa individual dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain. Oleh karena itu, individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi semua anggota masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. Manusia merupakan makhluk sosial, melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat komunikasi yang berupa bahasa.
            Bahasa merupakan faktor penting untuk menentukan lancar tidaknya suatu komunikasi. Ketepatan berbahasa tidak hanya berupa ketepatan memilih kata, merangkai kalimat dan juga ketepatan melihat situasi. Artinya seorang pemakai bahasa selalu harus tahu bagaimana menggunakan kalimat yang baik, benar dan harus melihat dalam situasi apa dia berbicara, kapan dia berbicara, dimana dia berbicara, dengan siapa dia berbicara dan untuk tujuan apa dia berbicara.
            Penelitian terhadap suatu bahasa memilki ranah yang luas untuk memperoleh kejelasan dalam penelitian ini maka perlu diketahui bahwa penelitian ini memilih salah satu sub disiplin struktur bahasa, yaitu semantik. Dalam cabang ilmu bahasa semantik merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makna yang berada di luar gramatikal bahasa yang berbeda dengan morfologi dan sintaksis yang berada pada tataran gramatika bahasa. Cakupan semantik sangat luas mencakup semua tataran bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, paragraf maupun wacana. Dengan demikian, semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna bahasa.
            Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna, baik itu makna leksikal maupun makna gramatikal. Dijelaskan bahwa semantik sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti yang ada pada tatabahasa morfologi, sintaksis maupun leksikon. Semantik dibagi dua antara lain, semantik gramatikal dan semantik leksikal. Oleh karena itu makna gramatikal, makna fungsional, makna struktural, atau makna internal. Makna yang muncul dikarenakan akibat berfungsinya suatu kata dalam kalimat sedangkan makna leksikal yaitu, makna suatu kata terdapat dalam kata yang berdiri sendiri.
            Pateda (2010) berpendapat bahwa semantik merupakan disiplin linguistik yang membahas secara mendalam tentang sistem makna. Melalui objek makna semantik dapat dikaji melalui banyak segi penggunaan teori yang berbeda aliran dalam linguistik. Jadi dengan semantik kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis makna, apa saja yang berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah, mengapa makna berubah, apakah setiap kata hanya memiliki satu makna atau lebih, bagaimanakah agar kita mudah memahami sebuah kata, semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut dengan semantik.
            Berkaitan dengan objek dalam analisis ini perlu dijelaskan tentang lirik lagu yang berhubungan dengan karya sastra. Bentuk karya sastra sangat beragam, karya sastra dapat berbentuk tulisan seperti puisi, prosa, cerpen dan novel. Kaitannya dengan bentuk, karya sastra juga berhubungan dengan karya seni kadang karya seni menginspirasi karya sastra dan sebaliknya karya sastra melengkapi karya seni seperti drama, lagu-lagu dan teater. Sastra dalam lirik dan drama sering memakai musik. Sastra juga bisa dijadikan sebagai tema untuk seni lukis atau seni musik terutama pada seni tarik suara dan seni musik.
            Penelitian ini menggunakan objek teks sastra lisan atau lirik lagu daerah yang tidak diketahui judulnya. Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama dari puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Oleh karena itu lirik sama dengan puisi namun disajikan dengan nyanyian yang diiringi oleh musik dan termasuk dalam genre sastra imajinatif.
            Setiap lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat sebagai pendengarnya. Lirik lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara merdu supaya dapat dinikmati oleh para pendengar dengan baik. Lirik lagu terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset. Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami.
Sastra merupakan unsur yang tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan kita. Lewat sastra kita bisa meluapkan perasaan kita, mengungkapkan semua isi hati kita, mencurahkan segala pikiran dan rasa di hati baik sedang sedih, senang, marah, emosi, dan perasaan lainnya. Lewat sastra juga kita bisa menyalurkan ide, gagasan dan pikiran juga pengalaman-pengalaman hidup kita. Bahkan, sastra juga dapat mempengaruhi sistem pemerintahan dan cara seorang pemimpin untuk memimpin negeri dan rakyatnya.
Sastra selain dapat memberikan pelajaran atau pendidikan, juga dapat berperan menjadi media dalam permainan anak contohnya lewat cerita rakyat atau Folklor yang dalam bahasa Inggris disebut Folklore. Folklor terdiri dari tiga jenis yaitu (1) lisan, yang terdiri dari dongeng, tembang/ nyanyian, legenda, mite, dan lain-lain, (2) setengah lisan, terdiri dari tarian yang diiringi nyanyian, wayang golek, wayang kulit, dan lain-lain, (3) bukan lisan, terdiri dari tarian, gambar, ukiran, lukisan, dan lain-lain.
Sastra di nusantara banyak ragam dan bentuknya dan yang pasti sastra itu indah baik dari bahasa, bentuk, dan makna yang terkandung di dalamnya tidak samua sastra mengandung makna yang baik karena ada yang menjadikan sastra sebagai media untuk berbuat kejahatan, contohnya seperti mantera meskipun tidak semua mantera dibuat dengan maksud buruk atau jahat. Sastra yang ada di Indonesia juga banyak, sama seperti daerah dan suku yang ada di Indonesia yang banyak dan setiap daerah atau setiap suku pasti mempunyai sastra yang berbeda dengan daerah atau suku lain, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa sastra yang sama antara daerah/ suku yang satu dengan daerah/ suku yang lain.
Sastra yang akan dikaji atau dibahas kali ini adalah sastra yang berupa teks dari daerah Serang-Banten. Teks ini berupa teks lisan yang dinyanyikan atau ditembangkan, biasanya dinyanyikan saat menimang bayi atau balita yang sedang bermain dan bisa membuat bayi atau balita tersebut tertawa karena merasa geli. Teks ini menggunakan bahasa Jawa, berikut teks/lirik lagu tersebut dengan terjemahannya:
Cip dodol, cip wajit
(mencicipi/ memcoba dodol, mencicipi wajit)
Cip gula lan kelepeu
(mencicipi gula dan kelapa)
Didokou ning padaringan
(disimpan di tempat beras)
Dirubung semut gateul
(dirubung semut gatal)
(kemudian bayi/ balita tersebut dikelitik-kelitik atau dibuat  merasa geli sehingga tertawa)
Teks diatas merupakan teks yang digunakan untuk membuat bayi/ balita tertawa dan merasa gembira, biasanya dilakukan saat sedang bersantai dan berkumpul. Teks ini sudah digunakan secara turun-temurun dari jaman dahulu hingga sekarang khususnya di daerah Serang, tetapi sudah jarang orang yang menyanyikan teks ini apalagi di kota. Orang atau masyarakat yang masih menyanyikan lagu ini masih bisa ditemukan di perkampungan di daerah Serang. Tapi mungkin, di kotapun masih bisa ditemukan meski sudah jarang karena di kota anak-anak diperkenalkan dengan lagu-lagu barat yang beraliran classic dan cerita-cerita modern. Cara ini dapat membuat bayi/ balita menjadi riang, gembira, ceria, dan tidak murung. Karena seorang anak yang masa kecilnya ceria akan tumbuh menjadi anak yang mudah berinteraksi dengan dunia luar, tetapi sebaliknya, anak yang masa kecilnya murung, tidak/ kurang ceria akan sulit berinteraksi.
Tetapi kegunaan sastra tidak hanya sampai di sini, sastra juga dapat memberi gambaran tentang cerita jaman dahulu seperti perjuangan, kepahlawanan, kesenian, cerita/ dongeng atau legenda Istana/ kayangan atau kerajaan-kerajaan, tentunya dengan jenis sastra yang berbeda dan beragam pula. Jadi, lewat sastra kita dapat menggali informasi dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah, adat istiadat daerah, kebiasaan masyarakat, kesenian, dan pengetahuan lain yang terkandung dalam sastra itu sendiri, tentunya lewat bentuk sastra yang beragam. Selain itu sastra yang ada di Nusantara ini seharusnya dilestarikan, dijaga dengan baik agar tidak hilang karena jaman yang semakin maju dan modern. Selain itu ada juga makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu ini.
Makna Asosiatif dalam Teks/Lirik Lagu Daerah
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dipaparkan penjelasan mengenai makna asosiatif dalam lirik lagu ini. Berikut deskripsi hasil analisis makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu ini
Cip dodol, cip wajit
(mencicipi/ memcoba dodol, mencicipi wajit)
Cip gula lan kelepeu
(mencicipi gula dan kelapa)
Didokou ning padaringan
(disimpan di tempat beras)
Dirubung semut gateul
(dirubung semut gatal)
            Berdasarkan data di atas dapat ditentukan kata mencicipi pada baris pertama dan kedua memiliki makna menjilat dan mengecap makanan untuk mengetahui rasanya. Kata mencicipi memiliki asosiasi merasakan atau mengalami. Dapat ditarik simpulan bahwa kata mencicipi memiliki kiasan yang mengarah pada sebuah atau sesuatu hal dirasakan dan dialami. Sebuah atau sesuatu hal di sini maksudnya sesuatu yang bersifat menyenangkan, baik, berguna yang diibaratkan dengan sesuatu yang manis seperti dodol, wajit, gula, dan kelapa.
            Pada baris ketiga terdapat kata disimpan di tempat beras, maksud di sini bukan menyimpan beras di tempat penyimpanan beras, tapi kita harus menyimpan atau memiliki hal atau sifat yang baik pada diri kita. Contohnya sifat riang, sabar, menyenangkan, baik hati, suka menolong. Pada baris keempat, dirubung semut gatal maksudnya jika kita memiliki sifat-sifat yang baik seperti maksud pada baris ketiga, maka kita akan disenangi oleh banyak orang dan memiliki banyak teman. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam lirik lagu ini menggunakan makna kiasan dalam menyampaikan pesan atau amanat. Adapun makna kias dalam lirik ini adalah kata mencicipi, dodol, wajit, gula, kelapa, disimpan ditempat beras, dan dirubung semut.
Makna Stilistik dalam Lirik Lagu
            Rangkaian kata-kata dan kalimat dalam bait lirik lagu berbentuk majas perumpamaan. Berupa cerita atau pesan untuk menjadi orang yang baik dan menyenangkan. Maksud dari cerita yang disampaikan ringkas dan padat serta sarat makna stilistik.
Makna Afektif dalam Lirik Lagu
            Makna afektif yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa, setelah mendengar lirik lagu ini dinyanyikan, maka akan dirasakan makna afektif di antaranya, ajakan kepada pendengar untuk menjadi orang yang selalu bersikap baik, ramah, ceria, dan menyenangkan agar disenangi banyak orang.

Makna Kolokatif dalam Lirik Lagu
            Makna kolokatif terwujud dalam kata-kata yang digunakan pengarang untuk menunjukkan sesuatu yang baik akan disenangi orang. Lirik lagu ini berhubungan dengan kehidupan manusia secara pribadi dan uviversal.
Makna Konotatif dalam Lirik Lagu
            Makna konotatif berupa makna yang digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya. Lirik lagu ini penuh dengan makna konotatif, hampir dalam setiap barisnya merupakan acuan terhadap makna lain diluar makna leksikalnya, seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal mengenai makna asosiasi.
Penutup
            Berdasarkan analisis terhadap teks sastra lisan atau lirik lagu daerah Serang dengan pendekatan semantik khususnya jenis semanti asosiatif, dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu ini terdapat makna kias, makna konotatif, makna kolokatif, makna afektif. Makna kias terdapat dalam kata mencicipi, dodol, wajit, gula, kelapa, disimpan ditempat beras, dan dirubung semut.
Makna stilistik berupa perumpamaan, sebuah cerita atau pesan untuk berperilaku baik dan menyenangkan. Makna konotatif hampir terdapat dalam setiap baris lirik lagu, kata-kata maupun kalimatnya yang menceritakan tentang ajaran hidup sebagai pegangan dalam mencapai kebahagiaan.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal.            Bandung: PT Refika Aditama.
Luxemburg, Jan van, Mike Bal, dan Willem G. Weststeijn. 1991. Tentang Sastra. Jakarta: Intermasa.
Subuki, Makyun. 2011. Semantik Pengantar Memahami Makna Bahasa.    Jakarta: Transpustaka.
Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar