Teks
Sastra Lisan Daerah: Sebuah Kajian Semantik
Silvi
Restu Suseno (2322110019)
Abstrak
Berbahasa adalah salah satu aktivitas sosial. Seperti
halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud
bila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbahasa, struktur berbahasa itu
penting. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, dalam dunia berkomunikasi
terdapat perubahan, pengurangan bahkan penambahan dalam berbahasa itu sudah menjadi
kebiasaan umum. Penelitian ini
dilandasi oleh pemikiran bahwa lirik lagu merupakan karya sastra yang
menggunakan bahasa sebagai media dan mencerminkan kehidupan masyarakat. Obyek
penelitian ini adalah teks sastra lisan daerah Serang yang dinyanyikan pada
saat menimang anak. Lirik lagu ini sangat terkenal di kalangan masyarakat
Serang dan sudah berumur cukup lama, lagu ini biasanya dinyanyikan pada saat
santai. Bahasa yang terdapat dalam lagu ini tentunya memiliki makna yang perlu
diungkap guna mendapat pemahaman terhadapnya. Pembahasan atau penelitian ini
berupa deskripsi dari hasil analisis terhadap teks sastra lisan atau lirik lagu
daerah Serang menggunakan pendekatan semantik.
Kata-kata kunci:
teks sastra lisan atau lirik lagu daerah Serang, semantik.
Pendahuluan
Bahasa sebagai
milik masyarakat tersimpan dalam diri setiap individu dapat bertingkah laku
dalam wujud bahasa dan tingkah laku bahasa individu ini dapat berpengaruh luas
pada anggota masyarakat yang lain. Manusia sehingga makhluk sosial dalam
berinteraksi tidak bisa lepas dari komunikasi antarmanusia yang satu dengan
yang lain, sebagai alat komunikasi, bahasa mampu mewakili pesan yang diterima
oleh penerima tutur tidak akan sempurna bila tidak ada respon dari orang lain.
Dengan memahami fikiran, perasaan dan gagasan orang lain.
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar, satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
Bahasa merupakan media untuk menyampaikan pesan atau informasi dari satu individu kepada individu lain, baik itu secara lisan maupun tulisan. Pernyataan tersebut sangat benar, satu orang pun tidak ada yang akan membantah dengan pernyataan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari hampir semua aktifitas kita menggunakan bahasa, baik menggunakan bahasa lisan, bahasa tulisan maupun bahasa tubuh.
Sumarsono
(2007:13) mengemukakan masyarakat itu terdiri dari individu-individu, secara
keseluruhan individu saling memengaruhi dan saling bergantung, maka bahasa yang
sebagai milik masyarakat juga tersimpan dalam diri masing-masing individu.
Setiap individu dapat bertingkah laku dalam wujud bahasa, dan tingkah laku
bahasa individual dapat berpengaruh luas pada anggota masyarakat bahasa lain.
Oleh karena itu, individu tetap terikat pada aturan permainan yang berlaku bagi
semua anggota masyarakat. Bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupaya
menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat
dalam situasi-situasi yang bervariasi. Manusia merupakan makhluk sosial,
melakukan interaksi, bekerja sama, dan menjalin kontak sosial di dalam
masyarakat. Dalam melakukan hal tersebut, manusia membutuhkan sebuah alat
komunikasi yang berupa bahasa.
Bahasa
merupakan faktor penting untuk menentukan lancar tidaknya suatu komunikasi.
Ketepatan berbahasa tidak hanya berupa ketepatan memilih kata, merangkai
kalimat dan juga ketepatan melihat situasi. Artinya seorang pemakai bahasa
selalu harus tahu bagaimana menggunakan kalimat yang baik, benar dan harus
melihat dalam situasi apa dia berbicara, kapan dia berbicara, dimana dia
berbicara, dengan siapa dia berbicara dan untuk tujuan apa dia berbicara.
Penelitian
terhadap suatu bahasa memilki ranah yang luas untuk memperoleh kejelasan dalam
penelitian ini maka perlu diketahui bahwa penelitian ini memilih salah satu sub
disiplin struktur bahasa, yaitu semantik. Dalam cabang ilmu bahasa semantik
merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makna yang berada di
luar gramatikal bahasa yang berbeda dengan morfologi dan sintaksis yang berada
pada tataran gramatika bahasa. Cakupan semantik sangat luas mencakup semua
tataran bahasa, baik kata, frase, klausa, kalimat, paragraf maupun wacana. Dengan
demikian, semantik adalah ilmu makna, membicarakan makna bahasa.
Semantik
adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna, baik itu makna leksikal
maupun makna gramatikal. Dijelaskan bahwa semantik sebagai ilmu yang
mempelajari tentang makna atau arti yang ada pada tatabahasa morfologi,
sintaksis maupun leksikon. Semantik dibagi dua antara lain, semantik gramatikal
dan semantik leksikal. Oleh karena itu makna gramatikal, makna fungsional,
makna struktural, atau makna internal. Makna yang muncul dikarenakan akibat
berfungsinya suatu kata dalam kalimat sedangkan makna leksikal yaitu, makna
suatu kata terdapat dalam kata yang berdiri sendiri.
Pateda (2010) berpendapat bahwa semantik merupakan disiplin linguistik yang membahas secara mendalam tentang sistem makna. Melalui objek makna semantik dapat dikaji melalui banyak segi penggunaan teori yang berbeda aliran dalam linguistik. Jadi dengan semantik kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis makna, apa saja yang berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah, mengapa makna berubah, apakah setiap kata hanya memiliki satu makna atau lebih, bagaimanakah agar kita mudah memahami sebuah kata, semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut dengan semantik.
Pateda (2010) berpendapat bahwa semantik merupakan disiplin linguistik yang membahas secara mendalam tentang sistem makna. Melalui objek makna semantik dapat dikaji melalui banyak segi penggunaan teori yang berbeda aliran dalam linguistik. Jadi dengan semantik kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan makna, bagaimanakah wujud makna, apakah jenis makna, apa saja yang berhubungan dengan makna, apakah komponen makna, apakah makna berubah, mengapa makna berubah, apakah setiap kata hanya memiliki satu makna atau lebih, bagaimanakah agar kita mudah memahami sebuah kata, semuanya dapat ditelusuri melalui disiplin ilmu yang disebut dengan semantik.
Berkaitan
dengan objek dalam analisis ini perlu dijelaskan tentang lirik lagu yang berhubungan
dengan karya sastra. Bentuk karya sastra sangat beragam, karya sastra dapat
berbentuk tulisan seperti puisi, prosa, cerpen dan novel. Kaitannya dengan
bentuk, karya sastra juga berhubungan dengan karya seni kadang karya seni
menginspirasi karya sastra dan sebaliknya karya sastra melengkapi karya seni
seperti drama, lagu-lagu dan teater. Sastra dalam lirik dan drama sering
memakai musik. Sastra juga bisa dijadikan sebagai tema untuk seni lukis atau
seni musik terutama pada seni tarik suara dan seni musik.
Penelitian ini menggunakan objek teks sastra lisan atau lirik lagu daerah yang tidak diketahui judulnya. Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama dari puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Oleh karena itu lirik sama dengan puisi namun disajikan dengan nyanyian yang diiringi oleh musik dan termasuk dalam genre sastra imajinatif.
Penelitian ini menggunakan objek teks sastra lisan atau lirik lagu daerah yang tidak diketahui judulnya. Lirik lagu termasuk dalam genre sastra karena lirik lagu adalah karya sastra utama dari puisi yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian. Oleh karena itu lirik sama dengan puisi namun disajikan dengan nyanyian yang diiringi oleh musik dan termasuk dalam genre sastra imajinatif.
Setiap
lagu pasti mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada masyarakat
sebagai pendengarnya. Lirik lagu berisi barisan kata-kata yang dirangkai secara
baik dengan gaya bahasa yang menarik oleh komposer dan dibawakan dengan suara
merdu supaya dapat dinikmati oleh para pendengar dengan baik. Lirik lagu
terbentuk dari bahasa yang dihasilkan dari komunikasi antara pencipta lagu
dengan masyarakat penikmat lagu sebagai wacana tulis karena disampaikan dengan
media tulis pada sampul albumnya dapat juga sebagai wacana lisan melalui kaset.
Lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dari dalam batinnya tentang sesuatu hal
baik yang sudah dilihat, didengar maupun dialami.
Sastra merupakan unsur yang tidak dapat dihilangkan dalam
kehidupan kita. Lewat sastra kita bisa meluapkan perasaan kita, mengungkapkan
semua isi hati kita, mencurahkan segala pikiran dan rasa di hati baik sedang
sedih, senang, marah, emosi, dan perasaan lainnya. Lewat sastra juga kita bisa
menyalurkan ide, gagasan dan pikiran juga pengalaman-pengalaman hidup kita.
Bahkan, sastra juga dapat mempengaruhi sistem pemerintahan dan cara seorang
pemimpin untuk memimpin negeri dan rakyatnya.
Sastra selain dapat memberikan pelajaran atau pendidikan,
juga dapat berperan menjadi media dalam permainan anak contohnya lewat cerita
rakyat atau Folklor yang dalam bahasa Inggris disebut Folklore. Folklor terdiri dari tiga jenis yaitu (1) lisan, yang terdiri dari dongeng, tembang/ nyanyian, legenda, mite,
dan lain-lain, (2) setengah lisan,
terdiri dari tarian yang diiringi nyanyian, wayang golek, wayang kulit, dan
lain-lain, (3) bukan lisan, terdiri
dari tarian, gambar, ukiran, lukisan, dan lain-lain.
Sastra di nusantara banyak ragam dan bentuknya dan yang pasti sastra
itu indah baik dari bahasa, bentuk, dan makna yang terkandung di dalamnya tidak
samua sastra mengandung makna yang baik karena ada yang menjadikan sastra
sebagai media untuk berbuat kejahatan, contohnya seperti mantera meskipun tidak
semua mantera dibuat dengan maksud buruk atau jahat. Sastra yang ada di
Indonesia juga banyak, sama seperti daerah dan suku yang ada di Indonesia yang
banyak dan setiap daerah atau setiap suku pasti mempunyai sastra yang berbeda
dengan daerah atau suku lain, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa
sastra yang sama antara daerah/ suku yang satu dengan daerah/ suku yang lain.
Sastra yang
akan dikaji atau dibahas kali ini adalah sastra yang berupa teks dari daerah
Serang-Banten. Teks ini berupa teks lisan yang dinyanyikan atau ditembangkan,
biasanya dinyanyikan saat menimang bayi atau balita yang sedang bermain dan
bisa membuat bayi atau balita tersebut tertawa karena merasa geli. Teks ini
menggunakan bahasa Jawa, berikut teks/lirik lagu tersebut dengan terjemahannya:
Cip dodol, cip wajit
(mencicipi/ memcoba dodol, mencicipi wajit)
Cip gula lan kelepeu
(mencicipi gula dan kelapa)
Didokou ning padaringan
(disimpan di tempat beras)
Dirubung semut gateul
(dirubung semut gatal)
(kemudian bayi/ balita tersebut dikelitik-kelitik atau
dibuat merasa geli sehingga tertawa)
Teks diatas
merupakan teks yang digunakan untuk membuat bayi/ balita tertawa dan merasa
gembira, biasanya dilakukan saat sedang bersantai dan berkumpul. Teks ini sudah
digunakan secara turun-temurun dari jaman dahulu hingga sekarang khususnya di
daerah Serang, tetapi sudah jarang orang yang menyanyikan teks ini apalagi di
kota. Orang atau masyarakat yang masih menyanyikan lagu ini masih bisa ditemukan
di perkampungan di daerah Serang. Tapi mungkin, di kotapun masih bisa ditemukan
meski sudah jarang karena di kota anak-anak diperkenalkan dengan lagu-lagu
barat yang beraliran classic dan cerita-cerita modern.
Cara ini dapat membuat bayi/ balita menjadi riang, gembira, ceria, dan tidak
murung. Karena seorang anak yang masa kecilnya ceria akan tumbuh menjadi anak
yang mudah berinteraksi dengan dunia luar, tetapi sebaliknya, anak yang masa
kecilnya murung, tidak/ kurang ceria akan sulit berinteraksi.
Tetapi
kegunaan sastra tidak hanya sampai di sini, sastra juga dapat memberi gambaran
tentang cerita jaman dahulu seperti perjuangan, kepahlawanan, kesenian, cerita/
dongeng atau legenda Istana/ kayangan atau kerajaan-kerajaan, tentunya dengan
jenis sastra yang berbeda dan beragam pula. Jadi, lewat sastra kita dapat
menggali informasi dan menambah pengetahuan kita tentang sejarah, adat istiadat
daerah, kebiasaan masyarakat, kesenian, dan pengetahuan lain yang terkandung
dalam sastra itu sendiri, tentunya lewat bentuk sastra yang beragam. Selain itu
sastra yang ada di Nusantara ini seharusnya dilestarikan, dijaga dengan baik
agar tidak hilang karena jaman yang semakin maju dan modern. Selain itu ada
juga makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu ini.
Makna Asosiatif dalam Teks/Lirik Lagu Daerah
Berdasarkan
data yang diperoleh, dapat dipaparkan penjelasan mengenai makna asosiatif dalam
lirik lagu ini. Berikut deskripsi hasil analisis makna asosiatif yang terdapat
dalam lirik lagu ini
Cip dodol, cip wajit
(mencicipi/ memcoba dodol, mencicipi wajit)
Cip gula lan kelepeu
(mencicipi gula dan kelapa)
Didokou ning padaringan
(disimpan di tempat beras)
Dirubung semut gateul
(dirubung semut gatal)
Berdasarkan data di atas dapat
ditentukan kata mencicipi pada baris pertama dan kedua memiliki makna menjilat
dan mengecap makanan untuk mengetahui rasanya. Kata mencicipi memiliki asosiasi
merasakan atau mengalami. Dapat ditarik simpulan bahwa kata mencicipi memiliki
kiasan yang mengarah pada sebuah atau sesuatu hal dirasakan dan dialami. Sebuah
atau sesuatu hal di sini maksudnya sesuatu yang bersifat menyenangkan, baik,
berguna yang diibaratkan dengan sesuatu yang manis seperti dodol, wajit, gula,
dan kelapa.
Pada
baris ketiga terdapat kata disimpan di tempat beras, maksud di sini bukan
menyimpan beras di tempat penyimpanan beras, tapi kita harus menyimpan atau
memiliki hal atau sifat yang baik pada diri kita. Contohnya sifat riang, sabar,
menyenangkan, baik hati, suka menolong. Pada baris keempat, dirubung semut
gatal maksudnya jika kita memiliki sifat-sifat yang baik seperti maksud pada
baris ketiga, maka kita akan disenangi oleh banyak orang dan memiliki banyak
teman. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa dalam lirik lagu ini
menggunakan makna kiasan dalam menyampaikan pesan atau amanat. Adapun makna
kias dalam lirik ini adalah kata mencicipi, dodol, wajit, gula, kelapa,
disimpan ditempat beras, dan dirubung semut.
Makna Stilistik dalam Lirik Lagu
Rangkaian
kata-kata dan kalimat dalam bait lirik lagu berbentuk majas perumpamaan. Berupa
cerita atau pesan untuk menjadi orang yang baik dan menyenangkan. Maksud dari
cerita yang disampaikan ringkas dan padat serta sarat makna stilistik.
Makna Afektif dalam Lirik Lagu
Makna afektif yang muncul akibat
reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa, setelah mendengar
lirik lagu ini dinyanyikan, maka akan dirasakan makna afektif di antaranya,
ajakan kepada pendengar untuk menjadi orang yang selalu bersikap baik, ramah,
ceria, dan menyenangkan agar disenangi banyak orang.
Makna Kolokatif dalam Lirik Lagu
Makna kolokatif terwujud dalam
kata-kata yang digunakan pengarang untuk menunjukkan sesuatu yang baik akan
disenangi orang. Lirik lagu ini berhubungan dengan kehidupan manusia secara
pribadi dan uviversal.
Makna Konotatif dalam Lirik Lagu
Makna konotatif berupa makna yang
digunakan untuk mengacu bentuk atau makna lain yang terdapat di luar makna
leksikalnya. Lirik lagu ini penuh dengan makna konotatif, hampir dalam setiap
barisnya merupakan acuan terhadap makna lain diluar makna leksikalnya, seperti
yang telah dijelaskan pada bagian awal mengenai makna asosiasi.
Penutup
Berdasarkan
analisis terhadap teks sastra lisan atau lirik lagu daerah Serang dengan
pendekatan semantik khususnya jenis semanti asosiatif, dapat disimpulkan bahwa
dalam lirik lagu ini terdapat makna kias, makna konotatif, makna kolokatif,
makna afektif. Makna kias terdapat dalam kata mencicipi, dodol, wajit, gula,
kelapa, disimpan ditempat beras, dan dirubung semut.
Makna stilistik berupa perumpamaan, sebuah cerita atau
pesan untuk berperilaku baik dan menyenangkan. Makna konotatif hampir terdapat
dalam setiap baris lirik lagu, kata-kata maupun kalimatnya yang menceritakan tentang
ajaran hidup sebagai pegangan dalam mencapai kebahagiaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma,
Fatimah. 2009. Semantik 1 Makna Leksikal
dan Gramatikal. Bandung: PT
Refika Aditama.
Luxemburg, Jan van, Mike Bal, dan
Willem G. Weststeijn. 1991. Tentang
Sastra. Jakarta: Intermasa.
Subuki,
Makyun. 2011. Semantik Pengantar Memahami
Makna Bahasa. Jakarta:
Transpustaka.
Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar