A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses mengubah tingkah laku
peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan menjadi
manusia yang kreatif. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri
mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat
permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Sedangkan, pribadi yang kreatif adalah pribadi yang
mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru.
Kemandirian dan kreativitas ini terbentuk melalui
kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif. Kemandirian dan
kreativitas dapat dibentuk baik di rumah maupun di sekolah. Pendidikan di
sekolah dan peran guru yang berkualitas sangat penting untuk membentuk
karakteristik peserta didik.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai hubungan
aliran filsafat progresivisme dengan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru.
B. KUALITAS PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN GURU
Kualitas pendidikan di suatu negara sangat
dipengaruhi oleh kesejahteraan gurunya. Kesejahteraan yang baik akan berdampak
baik pada kualitas pendidikan, begitu juga sebaliknya. Kesejahteraan guru harus
diperhatikan oleh pemerintah, jika pemerintah memerhatikan guru dengan baik,
maka guru pun akan memberikan hasil yang baik pada dunia pendidikan, sebagai
rasa terima kasihnya atas apa yang telah didapatkan.
Hal ini dapat dilihat pada pendidikan di negara-negara
maju, seperti Amerika Serikat dan Finlandia. Kualitas pendidikan di kedua
negara tersebut ditunjang oleh peran pemerintah yang memerhatikan kualitas dan
kesejahteraan guru, selain itu juga ditunjang dengan kurikulum yang baik, dan sarana-prasarana
yang lengkap.
Amerika Serikat masuk dalam peringkat kedua negara
yang menggaji besar profesi guru, dengan jumlah sebesar USD 44.917 atau setara
Rp 503 juta per tahun. Kualitas pendidikan di Amerika Serikat pun sudah
diketahui sangat baik dan banyak orang dari negara lain memilih menuntut ilmu
di negara yang dijuluki Negeri Paman Sam itu. Orang Indonesia pun banyak yang
menuntut ilmu di sana dan menjadi orang sukses ketika kembali ke negeri
tercinta ini.
Peringkat ke 12 diduduki oleh Finlandia dengan
gaji rata-rata guru sebesar USD 28.780 atau Rp 321 juta per tahun. Finlandia
memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, dari segi kurikulum, kualitas
guru, dan prestasi siswanya. Mengapa kualitas pendidikan Finlandia terbaik di
dunia?
Finlandia menerapkan peraturan mengenai
pendidikan, antara lain:
1. Anak-anak di Finlandia baru bersekolah di usia 7 tahun
2. Anak-anak mendapat istirahat 15 menit setelah 45 menit belajar
3. Bersekolah di sekolah negeri bebas biaya
4. Kualitas dan kesejahteraan guru sangat diperhatikan
5. Tidak ada ujian nasional
6. Anak-anak hanya datang pada jam mata pelajaran yang mereka pilih
7. Waktu sekolah hanya 4-5 jam per hari atau 18 jam per minggu
8. Tidak ada sistem ranking di sekolah
9. Guru memberikan PR dengan memperhitungkan tingkat kesulitannya, agar mudah
dikerjakan dan tidak banyak menghabiskan waktu istirahat anak ketika di rumah
Berbanding terbalik dengan Amerika Serikat dan
Finlandia. Kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru di Indonesia masih sangat
jauh bila dibandingkan dengan dua negara tersebut.
Kualitas pendidikan di Indonesia terbilang
masih rendah, meskipun saat ini pemerintah sedang gencar memperbaiki kualitas
sistem pendidikan, misalnya dengan kurikulum yang selalu diperbaharui sesuai
perkembangan zaman. Namun, dengan adanya kurikulum revisi 2013 yang berlaku
sekarang dengan jargonnya “Full Day School” yang sedang digadang-gadang
oleh menteri pendidikan, membuat siswa harus berada di sekolah kurang lebih 9
jam setiap harinya dengan mata pelajaran yang banyak, tugas menumpuk, belum
lagi tugas-tugas rumah yang diberikan setiap guru. Hal ini membuat anak
kelelahan, kurang istirahat, akhirnya menjadi malas, bahkan dapat membuat anak
tertekan dan menjadi stress. Meski begitu full day school juga memiliki
sisi positif, yaitu siswa lebih banyak berada di sekolah sehingga pergaulannya
dapat terkontrol.
Selain itu juga, pemerintah sudah mulai
sedikit memperhatikan kesejahteraan guru dengan maksud ingin memperbaiki
kualitas guru di Indonesia. Misalnya sekarang pemerintah memberikan kenaikan
gaji untuk guru, walaupun jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan
Finlandia masih sangat jauh perbandingan besarnya. Dan juga pemerintah
memberikan penghargaan bagi guru yang “katanya” sudah memenuhi
kriteria-kriteria guru profesional dengan memberikan sertifikasi. Sertifikasi
guru ini diberikan dengan wujud ”uang penghargaan”. Pada kenyataannya
sertifikasi tidak dapat menjamin guru yang mendapatkan sertifikasi adalah guru
professional yang berkualitas.
Banyak guru yang mendapat sertifikasi masih
saja mengajar semaunya, contoh masuk kelas tapi guru asik memainkan gawainya,
sedangkan siswa diberi tugas supaya diam dan tidak mengganggu guru. Guru masuk
kelas hanya memberikan tugas, lalu pergi ke ruang guru untuk mengerjakan administrasi pembelajaran
atau sekedar mengobrol dengan guru lain.
Perhatian pemerintah yang “sedikit itu” untuk
kesejahteraan guru, tidak diberikan secara cuma-cuma. Kesejahteraan guru memang
bertambah sedikit, tapi di balik itu semua guru harus mendapatkan tugas
tambahan yang banyak seperti membuat administrasi pembelajaran yang sangat
banyak dengan format yang berubah-ubah, mengisi SKP, dan lain sebagainya.
Lain lagi dengan guru honorer, tugas yang
diemban sama dengan guru PNS tetapi dari segi kesejahteraan sangat berbeda jauh.
Apalagi guru-guru di daerah terpencil di pelosok, gaji yang tidak seberapa
namun tidak rutin setiap bulannya didapatkan. Dengan polemik seperti ini,
bagaimana kualitas pendidikan dapat meningkat? Sedangkan kesejahteraan guru
saja tidak terjamin dengan baik.
Pemerintah seharusnya dapat belajar dari
sistem pendidikan di negara-negara lain, misalnya negara Finlandia. Semoga ke
depannya sistem pendidikan, kualitas pendidikan, dan kesejahteraan guru di
Indonesia dapat meningkat dan terjamin dengan baik.
C. KAJIAN FILSAFAT PROGRESIVISME
1. Latar
Belakang Progresivisme
Progresivisme
bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di
Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, kerena guru
telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat
lainnya. Kaum progresif sendiri mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat
yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum
progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai
tujuan.
Gerakan
progresif terkenal keras karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah
tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif,
dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh
gerakan ini dikenal karena dengan imbauannya kepada guru-guru: "Kami
mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia
pertama". Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan
progresivisme rnerupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk digelarkan.
Dengan
melandanya "adjusment" pada tahun tiga puluhan, progresivisme
melancarkan gebrakannya dengan ide-ide perubahan sosial. Perubahan yang lebih
diutamakan adalah perkembangan individual, yang mencakup berupa cita-cita, seperti
"cooperation", "sharing", dan "adjusment",
yaitu kerja sama dalam semua aspek kehidupan, turut ambil bagian (memberikan
andil) dalam semua kegiatan, dan memiliki daya fleksibilitas untuk menyesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
2. Aliran
Progresivisme
Aliran
progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam
semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap bertahan terhadap semua
tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi
keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran
ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup,
untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan
eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas
eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Progressivisme
dinamakan environmentalisme karena
aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
Aliran
progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi: Ilmu
Hayat, bahwa manusia untuk mengetahui kehidupan semua masalah. Antropologi
yaitu bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian
dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan berpikir tentang
dirinya sendiri, lingkungan, dan pengalaman-pengalamannya, sifat-sifat alam,
dapat menguasai dan mengaturnya.
3. Pendidikan
Menurut Aliran Filsafat Progresivisme
Pengertian
dasar yang menjadi ciri dari aliran ini adalah progres yang berarti maju.
Progresivisme lebih mengutamakan perhatiannya ke masa depan daripada ke masa
lalu. Progresivisme memandang
bahwa kemajuan yang telah dicapai oeh manusia dewasa ini karena kemampuan
manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu. Ini meliputi ilmu-ilmu sosial,
budaya, maupun ilmu pengetahuan alam. Contoh
untuk menjelaskan pandangan progresivisme tersebut dapat diambil dari
antropologi dan psikologi. Dari antropologi dapat dipelajari bahwa manusia
membentuk masyarakat, mengembangkan kebudayaan, dan telah berhasil untuk terus
membina kehidupan dan peradaban. Kehidupan dan dan peradaban yang dibina oleh
manusia itu selalu diupayakan untuk mendapat kemajuan. Aliran progresivisme telah memberikan
sumbangan yang besar di dunia saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar
kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik
secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain.
Di dalam
sekolah-sekolah progresivisme, masalah kemerdekaan untuk para siswa ini
diutamakan sekali. Mereka di dorong dan diberanikan untuk memiliki dan
bertindak melaksanakan kebebasan mereka. Mereka diberikan kemerdekaan
berinisiatif dan percaya kepada diri sendiri, sehingga anak dapat berkembang
pribadinya dengan wajar dan dapat pula memperkembangkan pribadinya dengan
wajar.
Apabila
kita tinjau dari sudut pragmatisme, maka aliran ini merupakan pelaksana
terbesar dari pendidikan progresivisme. Kenyatan yang demikian itu yang telah
dilambangkan dengan sebutan “progresivisme” merupakan petunjuk untuk
melaksanakan pendidikan yang lebih maju dari sebelumnya.
Tujuan
pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara
terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan
masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh individu untuk
menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Serta tujuan pendidikan
hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus.
Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik saja,
melainkan yang terpenting adalah melatih kemampuan berpikir secara ilmiah.
Kurikulum
pendidikan yang dikehendaki oleh filsafat progrsivisme ialah kurikulum yang
bersifat fleksibilitas (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh
doktrin tertentu), luas dan terbuka. Dengan berpijak pada prinsip ini, maka
kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan
setempat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental atau tipe core
curriculum dapat memenuhi tuntutan itu. Kurikulum
dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia
dalam hidunya selalu berinteraksi di dalam lingkungan yang komplek. Kurikulum
eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, dimana apa yang
telah dipelajari anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan dalam
kehidupan nyata,karena lingkungan
dan pengalaman yang diperlukan dan yang dapat menunjang pendidikan ialah yang
dapat diciptakan dan ditujukan ke arah yang telah ditentukan. Dengan metode pendidikan belajar
sambil berbuat (learning by doing) dan pemecahan masalah (problem
solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, mengujikan hipotesa.
Melalui
proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat integrated
kurikulum (masalah-masalah dalam masyarakat disusun terintegrasi) dengan metode
pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode problem
solving (pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju (progress)
mempunyai kecakapan praktis dan dapat memecahkan problem sosial sehari-hari
dengan baik.
4. Konsep
Pendidikan Progresivisme dalam Pandangan Filsafat Pendidikan
a. Pandangan
secara Ontologi
Asal
Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak
terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan
manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan
lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati, Pengalaman adalah suatu
sumber evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari
yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang
lama).
Pengalaman
adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia
akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan
berani bertindak.
Uraian di
atas menunjukkan bahwa ontologi progresivisme mengandung pengertian dan
kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika
hidup, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap
hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani
bertindak. Jelaslah, bahwa selain
kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang
cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme,
ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang
ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau
maksud-maksud yang lainnya. di samping itu manusia harus dapat memfungsikan
jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih berganti.
Ontologi merupakan
salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu
yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum
membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan
bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula
segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin
sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu
itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
b. Pandangan
secara Epistemologi
Pengetahuan
adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi
dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan diperoleh
manusia baik seeara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala
realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung
melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas
tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak
pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan
masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi dengan realita baru di
dalam lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide memecahkan masalah,
kebenaran adalah (sekuen dan pada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya
guna.
Dalam
epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument
utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan
bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk
memahami lingkungan.
Pengetahuan
harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan.
Oleh sebab adanya prisip-prinsip epistemologi tersebut di atas, progresivisme
mengadakan pembedaan anatara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan adalah
kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman yang siap
untuk digunakan. Sedangkan kebenaran ialah hasil tertentu dari usaha untuk
mengetahui, memiliki dan mengarahklan beberapa segmen pengetahuan agar dapat
menumbuhkan petunjuk atau penyelesaian pada situasi tertentu yang mungkin
keadaannya kacau.
Dalam
hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama yang mempunyai kedudukan
sentral. Kecerdasan adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan
anatara manusia dengan lingkungan, baik yang berwujud lingkungan fisik, maupun
kebudayaan atau manusia.Sementara kaum realis modern, pragmatis, empirisis
logis, atau naturalis mengambil tesis falibilistik bahwa pengetahuan adalah
bersifat kontingen dari perubahan serta kebenaran bersifat relatif sesuai
dengan kondisinya.
Dari sini,
epistemologi adalah bidang tugas filsafat yang mencakup identifikasi dan
pengujian kriteria pengetahuan dan kebenaran. Pernyataan kategoris yang
menyebutkan bahwa “ini kita tahu” atau “ini adalah kebenaran” merupakan
pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna bagi para pendidik karena sedikit
banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan pendidikan yang mencakup pencarian
pengetahuan dan perburuan kebenaran.
c. Pandangan
secara Aksiologi
Aksiologi
berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang
berharga, logos artinya akal, teori. Axiology artinya teori nilai,
penyelidikan tentang kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. Nilai
tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra
syarat.
Nilai
timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan.
Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi
yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari
individu-individu. Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan
adalah menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam
pergaulan manusia.
Berdasarkan
pandangan di atas, progresivisme tidak mengadaklan pembedaan tegas antara nilai
instrinsik dan nilai instrumental. Dua jenis nilai ini saling bergantung satu
sama lain seperti juga halnya pengetahuna dan kebenaran. Misalnya bila dikatakan bahwa
kesehatan itu selalu bernilai baik tidaklah semata-mata suatu ilustrasi tentang
nilai instrinsik. Nilai kesehatan akan dihayati oleh manusia dengan lebih nyata
bila dihubungkan dengan segi-segi yang bersifat operasional; bahwa kesehatan
yang baik akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hubungan
timbal balik dua sifat nilai instrinsik dan instrumental ini menyebabkan adanya
sifat perkembangan dan perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan
sebagai bagian dari kebudayaan itu ditampilkan sebagai bagian dari pengalaman,
sedang individu-individu mampu untuk mengadakan tinjauan dan penentuan mengenai
standar sosial tertentu. Karena itu nilai merupakan bagian integral dari pengalaman
dan bersifat relatif, temporal dan dinamis. Maka sifat perkembangannya
berdasarkan pada dua hal; untuk diri sendiri dalam arti kebaikan instrinsik dan
untuk lingkungan yang lebih luas dalam arti kebaikan instrumental.
Aksiologi
bisa disebut sebagai the
theory of value atau teori
nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad),benar dan salah (right and wrong), serta
tentang cara dan tujuan (means
and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk
perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala
yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang
moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau
“sepatutnya” (ought / should). Demikianlah aksiologi terdiri dari
analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka
menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
d. Pandangan
dari Sudut Budaya
Kebudayaan
sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal
sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu
berkembang dan berubah. Filsafat progresivisme menganggap bahwa pendidikan
telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia
menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern
(progresif).
Manusia
sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus
berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju. Kenyataan
menunjukkan bahwa pada zaman purbakala manusia hidup di pohon-pohon atau
gua-gua. Hidupnya hanya bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan
manusia. Dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keingintahuan
yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat
mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna. Alamlah yang dikendalikan oleh
manusia. Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau gua-gua, akan tetapi
dengan potensi akalnya manusia telah membangun gedung-gedung yang menjulang
tinggi, rumah-rumah mewah.
Filsafat
progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan sesuai
dengan fitrah kejadiannya, yang dapat memecahkan problematika hidupnya, telah
mempengaruhi pendidikan, di mana dengan pembaharuan-pembaharuan pendidikan
telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju (progress). Sehingga semakin tinggi
tingkat berpikirnya manusia maka semakin tinggi pula tingkat budaya dan
peradaban manusia. Hasilnya, anak-anak tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang
sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang kompleks dan maju.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2016. Aliran filsafat progresifisme. [Online]. Tersedia: http://karyailmu99.blogspot.co.id/2016/01/aliran-filsafat-progresifisme.html.
[9 Oktober 2017].
Anonim. 21 negara
dengan gaji guru tertinggi di dunia. [online]. Tersedia: https://www.kaskus.co.id/thread/526b3459ffca17d311000008/21-negara-dengan-gaji-guru-tertinggi-di-dunia/. [11 Oktober 2017].
Yuliana, R. 2014. Antara guru, kesejahteraan dan nasib
pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com. [9 Oktober 2017].