Jumat, 19 Januari 2018

Filsafat Pendidikan

A.  PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses mengubah tingkah laku peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan menjadi manusia yang kreatif. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan, pribadi yang kreatif adalah pribadi yang mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru.
Kemandirian dan kreativitas ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif. Kemandirian dan kreativitas dapat dibentuk baik di rumah maupun di sekolah. Pendidikan di sekolah dan peran guru yang berkualitas sangat penting untuk membentuk karakteristik peserta didik.
Dalam pembahasan ini, akan dibahas mengenai hubungan aliran filsafat progresivisme dengan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru.

B.  KUALITAS PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN GURU
Kualitas pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan gurunya. Kesejahteraan yang baik akan berdampak baik pada kualitas pendidikan, begitu juga sebaliknya. Kesejahteraan guru harus diperhatikan oleh pemerintah, jika pemerintah memerhatikan guru dengan baik, maka guru pun akan memberikan hasil yang baik pada dunia pendidikan, sebagai rasa terima kasihnya atas apa yang telah didapatkan.
Hal ini dapat dilihat pada pendidikan di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Finlandia. Kualitas pendidikan di kedua negara tersebut ditunjang oleh peran pemerintah yang memerhatikan kualitas dan kesejahteraan guru, selain itu juga ditunjang dengan kurikulum yang baik, dan sarana-prasarana yang lengkap.
Amerika Serikat masuk dalam peringkat kedua negara yang menggaji besar profesi guru, dengan jumlah sebesar USD 44.917 atau setara Rp 503 juta per tahun. Kualitas pendidikan di Amerika Serikat pun sudah diketahui sangat baik dan banyak orang dari negara lain memilih menuntut ilmu di negara yang dijuluki Negeri Paman Sam itu. Orang Indonesia pun banyak yang menuntut ilmu di sana dan menjadi orang sukses ketika kembali ke negeri tercinta ini.
Peringkat ke 12 diduduki oleh Finlandia dengan gaji rata-rata guru sebesar USD 28.780 atau Rp 321 juta per tahun. Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia, dari segi kurikulum, kualitas guru, dan prestasi siswanya. Mengapa kualitas pendidikan Finlandia terbaik di dunia?
Finlandia menerapkan peraturan mengenai pendidikan, antara lain:
1.    Anak-anak di Finlandia baru bersekolah di usia 7 tahun
2.    Anak-anak mendapat istirahat 15 menit setelah 45 menit belajar
3.    Bersekolah di sekolah negeri bebas biaya
4.    Kualitas dan kesejahteraan guru sangat diperhatikan
5.    Tidak ada ujian nasional
6.    Anak-anak hanya datang pada jam mata pelajaran yang mereka pilih
7.    Waktu sekolah hanya 4-5 jam per hari atau 18 jam per minggu
8.    Tidak ada sistem ranking di sekolah
9.    Guru memberikan PR dengan memperhitungkan tingkat kesulitannya, agar mudah dikerjakan dan tidak banyak menghabiskan waktu istirahat anak ketika di rumah
Berbanding terbalik dengan Amerika Serikat dan Finlandia. Kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru di Indonesia masih sangat jauh bila dibandingkan dengan dua negara tersebut.
Kualitas pendidikan di Indonesia terbilang masih rendah, meskipun saat ini pemerintah sedang gencar memperbaiki kualitas sistem pendidikan, misalnya dengan kurikulum yang selalu diperbaharui sesuai perkembangan zaman. Namun, dengan adanya kurikulum revisi 2013 yang berlaku sekarang dengan jargonnya “Full Day School” yang sedang digadang-gadang oleh menteri pendidikan, membuat siswa harus berada di sekolah kurang lebih 9 jam setiap harinya dengan mata pelajaran yang banyak, tugas menumpuk, belum lagi tugas-tugas rumah yang diberikan setiap guru. Hal ini membuat anak kelelahan, kurang istirahat, akhirnya menjadi malas, bahkan dapat membuat anak tertekan dan menjadi stress. Meski begitu full day school juga memiliki sisi positif, yaitu siswa lebih banyak berada di sekolah sehingga pergaulannya dapat terkontrol.
Selain itu juga, pemerintah sudah mulai sedikit memperhatikan kesejahteraan guru dengan maksud ingin memperbaiki kualitas guru di Indonesia. Misalnya sekarang pemerintah memberikan kenaikan gaji untuk guru, walaupun jika dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Finlandia masih sangat jauh perbandingan besarnya. Dan juga pemerintah memberikan penghargaan bagi guru yang “katanya” sudah memenuhi kriteria-kriteria guru profesional dengan memberikan sertifikasi. Sertifikasi guru ini diberikan dengan wujud ”uang penghargaan”. Pada kenyataannya sertifikasi tidak dapat menjamin guru yang mendapatkan sertifikasi adalah guru professional yang berkualitas.
Banyak guru yang mendapat sertifikasi masih saja mengajar semaunya, contoh masuk kelas tapi guru asik memainkan gawainya, sedangkan siswa diberi tugas supaya diam dan tidak mengganggu guru. Guru masuk kelas hanya memberikan tugas, lalu pergi ke ruang guru  untuk mengerjakan administrasi pembelajaran atau sekedar mengobrol dengan guru lain.
Perhatian pemerintah yang “sedikit itu” untuk kesejahteraan guru, tidak diberikan secara cuma-cuma. Kesejahteraan guru memang bertambah sedikit, tapi di balik itu semua guru harus mendapatkan tugas tambahan yang banyak seperti membuat administrasi pembelajaran yang sangat banyak dengan format yang berubah-ubah, mengisi SKP, dan lain sebagainya.
Lain lagi dengan guru honorer, tugas yang diemban sama dengan guru PNS tetapi dari segi kesejahteraan sangat berbeda jauh. Apalagi guru-guru di daerah terpencil di pelosok, gaji yang tidak seberapa namun tidak rutin setiap bulannya didapatkan. Dengan polemik seperti ini, bagaimana kualitas pendidikan dapat meningkat? Sedangkan kesejahteraan guru saja tidak terjamin dengan baik.
Pemerintah seharusnya dapat belajar dari sistem pendidikan di negara-negara lain, misalnya negara Finlandia. Semoga ke depannya sistem pendidikan, kualitas pendidikan, dan kesejahteraan guru di Indonesia dapat meningkat dan terjamin dengan baik.

C.  KAJIAN FILSAFAT PROGRESIVISME
1.    Latar Belakang Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, kerena guru telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum progresif sendiri mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.
Gerakan progresif terkenal keras karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan imbauannya kepada guru-guru: "Kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama". Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme rnerupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk digelarkan.
Dengan melandanya "adjusment" pada tahun tiga puluhan, progresivisme melancarkan gebrakannya dengan ide-ide perubahan sosial. Perubahan yang lebih diutamakan adalah perkembangan individual, yang mencakup berupa cita-cita, seperti "cooperation", "sharing", dan "adjusment", yaitu kerja sama dalam semua aspek kehidupan, turut ambil bagian (memberikan andil) dalam semua kegiatan, dan memiliki daya fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi.

2.    Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progresivisme dalam semua realita, terutama dalam kehidupan adalah tetap bertahan terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi keagungannya. Progresivisme dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, untuk mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan asas eksperimen yang merupakan untuk menguji kebenaran suatu teori. Progressivisme dinamakan environmentalisme karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
Aliran progresivisme memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi: Ilmu Hayat, bahwa manusia untuk mengetahui kehidupan semua masalah. Antropologi yaitu bahwa manusia mempunyai pengalaman, pencipta budaya, dengan demikian dapat mencari hal baru. Psikologi yaitu manusia akan berpikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, dan pengalaman-pengalamannya, sifat-sifat alam, dapat menguasai dan mengaturnya.

3.    Pendidikan Menurut Aliran Filsafat Progresivisme
Pengertian dasar yang menjadi ciri dari aliran ini adalah progres yang berarti maju. Progresivisme lebih mengutamakan perhatiannya ke masa depan daripada ke masa lalu. Progresivisme memandang bahwa kemajuan yang telah dicapai oeh manusia dewasa ini karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu. Ini meliputi ilmu-ilmu sosial, budaya, maupun ilmu pengetahuan alam. Contoh untuk menjelaskan pandangan progresivisme tersebut dapat diambil dari antropologi dan psikologi. Dari antropologi dapat dipelajari bahwa manusia membentuk masyarakat, mengembangkan kebudayaan, dan telah berhasil untuk terus membina kehidupan dan peradaban. Kehidupan dan dan peradaban yang dibina oleh manusia itu selalu diupayakan untuk mendapat kemajuan. Aliran progresivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Di dalam sekolah-sekolah progresivisme, masalah kemerdekaan untuk para siswa ini diutamakan sekali. Mereka di dorong dan diberanikan untuk memiliki dan bertindak melaksanakan kebebasan mereka. Mereka diberikan kemerdekaan berinisiatif dan percaya kepada diri sendiri, sehingga anak dapat berkembang pribadinya dengan wajar dan dapat pula memperkembangkan pribadinya dengan wajar.
Apabila kita tinjau dari sudut pragmatisme, maka aliran ini merupakan pelaksana terbesar dari pendidikan progresivisme. Kenyatan yang demikian itu yang telah dilambangkan dengan sebutan “progresivisme” merupakan petunjuk untuk melaksanakan pendidikan yang lebih maju dari sebelumnya.
Tujuan pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses perubahan secara terus-menerus. Yang dimaksud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Serta tujuan pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus. Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik saja, melainkan yang terpenting adalah melatih kemampuan berpikir secara ilmiah.
Kurikulum pendidikan yang dikehendaki oleh filsafat progrsivisme ialah kurikulum yang bersifat fleksibilitas (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh doktrin tertentu), luas dan terbuka. Dengan berpijak pada prinsip ini, maka kurikulum dapat direvisi dan dievaluasi setiap saat sesuai dengan kebutuhan setempat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental atau tipe core curriculum dapat memenuhi tuntutan itu. Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidunya selalu berinteraksi di dalam lingkungan yang komplek. Kurikulum eksperimental yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, dimana apa yang telah dipelajari anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata,karena lingkungan dan pengalaman yang diperlukan dan yang dapat menunjang pendidikan ialah yang dapat diciptakan dan ditujukan ke arah yang telah ditentukan. Dengan metode pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan pemecahan masalah (problem solving) dengan langkah-langkah menghadapi problem, mengujikan hipotesa.
Melalui proses pendidikan dengan menggunakan kurikulum yang bersifat integrated kurikulum (masalah-masalah dalam masyarakat disusun terintegrasi) dengan metode pendidikan belajar sambil berbuat (learning by doing) dan metode problem solving (pemecahan masalah) diharapkan anak didik menjadi maju (progress) mempunyai kecakapan praktis dan dapat memecahkan problem sosial sehari-hari dengan baik.

4.    Konsep Pendidikan Progresivisme dalam Pandangan Filsafat Pendidikan
a.    Pandangan secara Ontologi
Asal Hereby atau asal keduniawian, adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu, pengalaman manusia tentang penderitaan, kesedihan, kegembiraan, keindahan dan lain-lain adalah realita manusia hidup sampai mati, Pengalaman adalah suatu sumber evolusi, yang berarti perkembangan, maju setapak demi setapak mulai dari yang mudah-mudah menerobos kepada yang sulit-sulit (proses perkembangan yang lama).
Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
Uraian di atas menunjukkan bahwa ontologi progresivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat. Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan, tindakan dan perbuatan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak. Jelaslah, bahwa selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud yang lainnya. di samping itu manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih berganti.
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti ThalesPlato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

b.    Pandangan secara Epistemologi
Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kekuasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik seeara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan (buku-buku, kepustakaan). Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Kebenaran dan kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah (sekuen dan pada sesuatu ide, realita pengetahuan dan daya guna.
Dalam epistemologi, rasional berarti suatu pandangan bahwa akal adalah instrument utama bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan. Empirik adalah sifat pandangan bahwa persepsi indera adalah media yang memberikan jalan bagi manusia untuk memahami lingkungan.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam lingkungan. Oleh sebab adanya prisip-prinsip epistemologi tersebut di atas, progresivisme mengadakan pembedaan anatara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan adalah kumpulan kesan-kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman yang siap untuk digunakan. Sedangkan kebenaran ialah hasil tertentu dari usaha untuk mengetahui, memiliki dan mengarahklan beberapa segmen pengetahuan agar dapat menumbuhkan petunjuk atau penyelesaian pada situasi tertentu yang mungkin keadaannya kacau.
Dalam hubungan ini kecerdasan merupakan faktor utama yang mempunyai kedudukan sentral. Kecerdasan adalah faktor yang dapat mempertahankan adanya hubungan anatara manusia dengan lingkungan, baik yang berwujud lingkungan fisik, maupun kebudayaan atau manusia.Sementara kaum realis modern, pragmatis, empirisis logis, atau naturalis mengambil tesis falibilistik bahwa pengetahuan adalah bersifat kontingen dari perubahan serta kebenaran bersifat relatif sesuai dengan kondisinya.
Dari sini, epistemologi adalah bidang tugas filsafat yang mencakup identifikasi dan pengujian kriteria pengetahuan dan kebenaran. Pernyataan kategoris yang menyebutkan bahwa “ini kita tahu” atau “ini adalah kebenaran” merupakan pernyataan-pernyataan yang penuh dengan makna bagi para pendidik karena sedikit banyak hal tersebut bertaut dengan tujuan pendidikan yang mencakup pencarian pengetahuan dan perburuan kebenaran.
c.    Pandangan secara Aksiologi
Aksiologi berasal dari kata axios dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos artinya akal, teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan tentang kodrat, kriteria dan status metafisik dari nilai. Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat.
Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian adanya pergaulan. Masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan, kecerdasan dari individu-individu. Nilai itu benar atau salah, baik atau buruk dapat dikatakan adalah menunjukkan kecocokan dengan hasil pengujian yang dialami manusia dalam pergaulan manusia.
Berdasarkan pandangan di atas, progresivisme tidak mengadaklan pembedaan tegas antara nilai instrinsik dan nilai instrumental. Dua jenis nilai ini saling bergantung satu sama lain seperti juga halnya pengetahuna dan kebenaran. Misalnya bila dikatakan bahwa kesehatan itu selalu bernilai baik tidaklah semata-mata suatu ilustrasi tentang nilai instrinsik. Nilai kesehatan akan dihayati oleh manusia dengan lebih nyata bila dihubungkan dengan segi-segi yang bersifat operasional; bahwa kesehatan yang baik akan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hubungan timbal balik dua sifat nilai instrinsik dan instrumental ini menyebabkan adanya sifat perkembangan dan perubahan pada nilai. Nilai-nilai yang sudah tersimpan sebagai bagian dari kebudayaan itu ditampilkan sebagai bagian dari pengalaman, sedang individu-individu mampu untuk mengadakan tinjauan dan penentuan mengenai standar sosial tertentu. Karena itu nilai merupakan bagian integral dari pengalaman dan bersifat relatif, temporal dan dinamis. Maka sifat perkembangannya berdasarkan pada dua hal; untuk diri sendiri dalam arti kebaikan instrinsik dan untuk lingkungan yang lebih luas dalam arti kebaikan instrumental.
Aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad),benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought / should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
d.   Pandangan dari Sudut Budaya
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia, dalam berbagai bentuk dan manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak kaku, melainkan selalu berkembang dan berubah. Filsafat progresivisme menganggap bahwa pendidikan telah mampu merubah dan membina manusia untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk memasuki zaman modern (progresif).
Manusia sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan perubahan-perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis manusia terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang semakin terus maju. Kenyataan menunjukkan bahwa pada zaman purbakala manusia hidup di pohon-pohon atau gua-gua. Hidupnya hanya bergantung dengan alam. Alamlah yang mengendalikan manusia. Dengan sifatnya yang tidak iddle curiousity (rasa keingintahuan yang terus berkembang) makin lama daya rasa, cipta dan karsanya telah dapat mengubah alam menjadi sesuatu yang berguna. Alamlah yang dikendalikan oleh manusia. Hidup manusia tidak lagi di pohon-pohon atau gua-gua, akan tetapi dengan potensi akalnya manusia telah membangun gedung-gedung yang menjulang tinggi, rumah-rumah mewah.
Filsafat progresivisme yang memiliki konsep manusia memiliki kemampuan-kemampuan sesuai dengan fitrah kejadiannya, yang dapat memecahkan problematika hidupnya, telah mempengaruhi pendidikan, di mana dengan pembaharuan-pembaharuan pendidikan telah dapat mempengaruhi manusia untuk maju (progress). Sehingga semakin tinggi tingkat berpikirnya manusia maka semakin tinggi pula tingkat budaya dan peradaban manusia. Hasilnya, anak-anak tumbuh menjadi dewasa, masyarakat yang sederhana dan terbelakang menjadi masyarakat yang kompleks dan maju.






DAFTAR PUSTAKA

 Anonim. 2016. Aliran filsafat progresifisme. [Online]. Tersedia: http://karyailmu99.blogspot.co.id/2016/01/aliran-filsafat-progresifisme.html.
[9 Oktober 2017].
Anonim. 21 negara  dengan gaji guru tertinggi di dunia. [online]. Tersedia: https://www.kaskus.co.id/thread/526b3459ffca17d311000008/21-negara-dengan-gaji-guru-tertinggi-di-dunia/. [11 Oktober 2017].

Yuliana, R. 2014. Antara guru, kesejahteraan dan nasib pendidikan. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com. [9 Oktober 2017].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar