Rabu, 16 Mei 2012

Diorama Hujan Saat Senja

Sore ini semua kurasa
Saat senja ku nikmati gemercik air yang jatuh dari langit
Menyejukkan segala kepenatan
Ku dengar senandung hujan yang meneduhkan
Lalu aku terhanyut oleh lukisan indah di luar sana
Bunga-bunga rambutan teronggok bersama tetesan air yang jatuh dari dedaunan
Indah memang saat hujan
Anggrek, Mawar, Wijaya Kusuma, Kamboja, dan Bougenville warna-warni bagaikan pelangi di dasar bumi
Kesejukan ini membuatku kembali pada masa indah dulu
 Sejenak membuatku lupa akan segala kepahitan dan rasa sakit
Lalu aku masuk ke dalam dunia tak bernama, dan ku nikmati berada dalam dunia itu-mimpi...

dilema..

Ada rasa yang berbunga
saat aku memikirkannya
seolah aku bahagia
memiliki rasa untuknya
Pada sisi yang lain
ada paksaan harus melupakan
dan itu sangat menyakitkan
tak seperti awal harapan
Telanjur senyum itu menusuk
ke dalam hatiku yang masih remuk
Dia telah merasuk
dan kini harus membusuk
Seakan harus kulebur
menjadi bagian-bagian hancur
dan senyum itu harus ku kubur,
ku buang hingga terhempas ombak yang mendebur

Cerita Saat Hujan

satu. dua, tiga tetesan air langit
menghiasi mahkota hitam dan rautku
Lalu ribuan air itu membuat seluruhnya kuyup
membasahi luka yang tak kunjung mengering
menjadikannya ribuan rasa perih..
Kulihat daun-daun mengalir bersama deraian air
hingga bermuara di tempat tanpa dasar
Dan aku sejenak berpikir, ingin segala pilu di hatiku
ikut bersama aliran itu, masuk dalam tempat tanpa dasar hingga takkan kembali....

Patah Akhirnya Hatiku

Patah akhirnya hatiku
bersama waktu kuikat rasa
menyimpan cinta..

Patah akhirnya hatiku
lewat angin kutitip rindu
berharap sampai di tujuanku..

Patah akhirnya hatiku
bersama detikan waktu
aku masih menunggu..

Patah akhirnya hatiku
bersama air mata
aku tetap menunggu...

Teduh..

Semilir angin berhembus, mengguncang daun-daun pinus yang berair hujan
Gemercik hujan masih bersisa, bersuara lembut meneduhkan
mengganti kicau burung yang belum terdengar
Matahari tak tampak, meski semburat cahaya pun tak menghias langit
Aroma teh mengudara memenuhi ruang
menggodaku untuk menghangatkan diri.
Terlalu sunyi.. atau hanya aku yang merasa seperti itu?
Perlahan langit berwarna, rona indah itu menampakkan diri
Satu demi satu orang-orang berlalu, tapi aku masih tak bergerak, tak beranjak
masih membeku di atas kursi rotan kesayangan Ibu....