UJIAN TENGAH SEMESTER
Mata kuliah : Pengembangan Keilmuan Sosiolinguistik
Dosen
: Dr. Aceng Hasani, M.Pd.
Hari/tanggal
: Kamis, 19 April 2012
Nama : Silvi Restu Suseno
NIM : 2322110019
Kelas/semester : PBI/III
JAWABAN:
1.
Faktor-faktor
penyebab ragam bahasa adalah sebagai berikut:
a.
Perbedaan kelas sosial
Perbedaan kelas sosial, maksudnya perbedaan antara cara
berbicara dilihat dari keturunan/kebangsawanan, pendidikan, dan
pekerjaan/profesi seseorang.
b.
Perbedaan jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin, maksudnya perbedaan antara cara
berbicara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Selain itu pun, bahasa kaum
Transgender dan Homo/Gay pun berbeda.
c.
Perbedaan usia penutur
Perbedaan ini berdasarkan cara berbicara pada tingkatan
usia yang berbeda.
d. Perbedaan budaya
Perbedaan budaya di setiap daerah berbeda-beda sehingga
timbulah ragam bahasa yang bervariasi.
2. Faktor-faktor
penyebab ragam bahasa dengan laras dan variasi bahasa pada dasarnya sama,
faktor-faktor tersebut antara lain adalah perbedaan kelas sosial, jenis
kelamin, usia penutur, dan budaya. Karena perbedaan-perbedaan tersebut timbulah
variasi bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, sedangkan
laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Jadi, dapat
dikatakan faktor-faktor penyebab ragam, laras, dan variasi bahasa itu sama
saja.
3. Pengaruh
kelas sosial, jenis kelamin, usia penutur, dan etnis terhadap penggunaan bahasa
adalah adanya atau lahirnya variasi bahasa karena masyarakat itu heterogen,
maksudnya masyarakat itu terdiri dari berbagai kelas sosial, profesi, usia dan
jenis kelaminnya serta berbeda pula kebudayaan yang ada di daerah
masing-masing. Untuk berbahasa atau berbicara dengan orang yang kelas sosialnya
tinggi akan berbeda dengan orang yang kelas sosialnya sedang dan rendah, kelas sosial
di sini maksudnya dilihat dari keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Akan
berbeda pula saat kita berbincang dengan orang yang lebih tua dari kita dan
orang yang seusia bahkan dengan yang lebih muda pun pasti akan menggunakan bahasa yang berbeda.
Saat berbicara dengan lawan jenis pun akan berbeda saat kita berbicara dengan
sesame jenis. Sehingga dapat diambil simpulan bahwa dengan adanya
perbedaan-perbedaan tersebut lahirlah variasi atau ragam bahasa.
4. Masyarakat
anekabahasa dianggap mengganggu suatu bangsa, karena ada yang berpendapat bahwa
semua negara di dunia, apabila memiliki banyak bahasa maka negara tersebut
berpotensi sebagai pemicu masalah. Menurut Sumarsono (2007), jelas sekali negara
yang anekabahasa itu mempunyai masalah lebih banyak dibandingkan dengan negara ekabahasa.
Pada tataran praktis, kesulitan komunikasi dalam suatu negara
dapat menjadi rintangan bagi kehidupan ekonomi dan industri serta gangguan sosial. Yang lebih serius lagi keanekabahasaan itu bekerja
melawan dengan arah nasionalisme. Berdasarkan kenyataan bahwa bangsa-bangsa
ekabahasa tampak lebih stabil daripada negara anekabahasa.
Jadi, negara yang anekabahasa akan mengalami kesulitan
berkomunikasi karena adanya ketidakpahaman bahasa lain yang tidak dikuasainya,
sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau ambiguitas yang akhirnya menimbulkan
masalah.
5.
Hubungan
antara bahasa dan kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1992) bahwa bahasa
bagian dari kebudayaan, jadi hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan
hubungan subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.
Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa (istilah
beliau kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang “melekat” pada
manusia. Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi
sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu. Dengan kata lain, hubungan yang erat
itu berlaku sebagai: kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi
manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana
keberlangsungan sarana itu.
Menurut Silzer (1990), menyatakan bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam
atau sekeping uang yang pada satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem
yang lain berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan
tercermin dalam bahasa atau juga sebaliknya.
Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan memiliki
keterkaitan dalam hal berinteraksi di masyarakat. Bahasa adalah bagian dari
kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya bahasa kita dapat berbudaya, karena bahasa adalah media atau
alat penyampaian yang tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar