Selasa, 01 Mei 2012

JAWABAN UTS SOSIOLINGUISTIK


UJIAN TENGAH SEMESTER
Mata kuliah : Pengembangan Keilmuan Sosiolinguistik
Dosen : Dr. Aceng Hasani, M.Pd.
Hari/tanggal : Kamis, 19 April 2012


Nama : Silvi Restu Suseno
NIM : 2322110019
Kelas/semester : PBI/III

JAWABAN:
1.      Faktor-faktor penyebab ragam bahasa adalah sebagai berikut:
a.                  Perbedaan kelas sosial
  Perbedaan kelas sosial, maksudnya perbedaan antara cara berbicara dilihat dari keturunan/kebangsawanan, pendidikan, dan pekerjaan/profesi seseorang.
b.                  Perbedaan jenis kelamin
    Perbedaan jenis kelamin, maksudnya perbedaan antara cara berbicara laki-laki dan perempuan itu  berbeda. Selain itu pun, bahasa kaum Transgender dan Homo/Gay pun berbeda.
c.                   Perbedaan usia penutur
      Perbedaan ini berdasarkan cara berbicara pada tingkatan usia yang berbeda.
d.                  Perbedaan budaya
      Perbedaan budaya di setiap daerah berbeda-beda sehingga timbulah ragam bahasa yang bervariasi.
2.   Faktor-faktor penyebab ragam bahasa dengan laras dan variasi bahasa pada dasarnya sama, faktor-faktor tersebut antara lain adalah perbedaan kelas sosial, jenis kelamin, usia penutur, dan budaya. Karena perbedaan-perbedaan tersebut timbulah variasi bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, sedangkan laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Jadi, dapat dikatakan faktor-faktor penyebab ragam, laras, dan variasi bahasa itu sama saja.
3.     Pengaruh kelas sosial, jenis kelamin, usia penutur, dan etnis terhadap penggunaan bahasa adalah adanya atau lahirnya variasi bahasa karena masyarakat itu heterogen, maksudnya masyarakat itu terdiri dari berbagai kelas sosial, profesi, usia dan jenis kelaminnya serta berbeda pula kebudayaan yang ada di daerah masing-masing. Untuk berbahasa atau berbicara dengan orang yang kelas sosialnya tinggi akan berbeda dengan orang yang kelas sosialnya sedang dan rendah, kelas sosial di sini maksudnya dilihat dari keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Akan berbeda pula saat kita berbincang dengan orang yang lebih tua dari kita dan orang yang seusia bahkan dengan yang lebih muda pun pasti akan menggunakan bahasa yang berbeda. Saat berbicara dengan lawan jenis pun akan berbeda saat kita berbicara dengan sesame jenis. Sehingga dapat diambil simpulan bahwa dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut lahirlah variasi atau ragam bahasa.
4.   Masyarakat anekabahasa dianggap mengganggu suatu bangsa, karena ada yang berpendapat bahwa semua negara di dunia, apabila memiliki banyak bahasa maka negara tersebut berpotensi sebagai pemicu masalah. Menurut Sumarsono (2007), jelas sekali negara yang anekabahasa itu mempunyai masalah lebih banyak dibandingkan dengan negara ekabahasa. Pada tataran praktis, kesulitan komunikasi dalam suatu negara dapat menjadi rintangan bagi kehidupan ekonomi dan industri serta gangguan sosial. Yang lebih serius lagi keanekabahasaan itu bekerja melawan dengan arah nasionalisme. Berdasarkan kenyataan bahwa bangsa-bangsa ekabahasa tampak lebih stabil daripada negara anekabahasa.
Jadi, negara yang anekabahasa akan mengalami kesulitan berkomunikasi karena adanya ketidakpahaman bahasa lain yang tidak dikuasainya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman atau ambiguitas yang akhirnya menimbulkan masalah.
5.      Hubungan antara bahasa dan kebudayaan, menurut Koentjaraningrat (1992) bahwa bahasa bagian dari kebudayaan, jadi hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan.
Masinambouw (1985) menyebutkan bahwa bahasa (istilah beliau kebahasaan) dan kebudayaan merupakan dua sistem yang “melekat” pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah satu sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu. Dengan kata lain, hubungan yang erat itu berlaku sebagai: kebudayaan merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan kebahasaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana keberlangsungan sarana itu.
Menurut Silzer (1990), menyatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua buah fenomena yang terikat, bagai dua anak kembar siam atau sekeping uang yang pada satu sisi berupa sistem bahasa dan pada sistem yang lain berupa sistem budaya, maka apa yang tampak dalam budaya akan tercermin dalam bahasa atau juga sebaliknya.
Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan memiliki keterkaitan dalam hal berinteraksi di masyarakat. Bahasa adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan adanya bahasa kita dapat berbudaya, karena bahasa adalah media atau alat penyampaian yang tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar