Dari kesederhanaan dan kekurangan, aku belajar untuk bersyukur atas nikmat yang Tuhan berikan. Belajar dari kisah nyata seorang gadis cilik yang tidak memiliki kesempurnaan tubuh, tapi itu tidak menjadikannya untuk pasrah berdiam diri.
Dia... Usianya jauh lebih muda dariku, jelas tubuhnya pun jauh lebih kecil dari aku, tapi semangatnya membuat aku malu. Dengan tubuh yang sempurna saja aku masih mengeluh, sedangkan dia dengan tubuhnya yang tidak sempurna, usia yang terlalu muda dan dari keluarga yang serba kekurangan, gadis cilik itu tetap riang gembira saat bermain dengan sahabat dan adiknya. Penuh semangat untuk menimba ilmu dan tak kenal lelah memukul batu dengan palu di tangannya yang cacat. Ya, sebongkah batu yang hancur, akan menghasilkan uang tambahan untuknya, untuh tambahan jajan dan keperluan sekolah.
Ironis, hanya demi seribu rupiah, Ia berjuang menempa batu menjadi kerikil. Miris memang, tapi itu membuatku sadar bahwa ada yang lebih tidak beruntung dari aku. Kini, aku merasa sangat beruntung dengan kehidupan yang kumiliki. Sekian lama aku dibutakan dengan ketidakpuasan dengan segala yang kumiliki. Namun kini, rsanya begitu terlalu bila hatiku tak tersentuh dan tak mulai untuk mensyukuri kehidupan ini.
Sungguh, segalanya telah kurasakan dan kumiliki tapi aku tetap saja merasa kekurangan, padahal untuk makan saja begitu melimpah ruah, untuk sekolah aku tak perlu harus bekerja, tempat berteduh dapat dikatakan nyaman, dan semua fasilitas aku dapatkan dengan mudah. Kini, semua itu harus ku syukuri dengan rasa terima kasih yang tak terbatas pada Allah Sang Penguasa Cinta dan pada dua orang yang telah memberi kehidupan sempurna padaku-Ayah dan Ibu..
Terima kasih untuk segalanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar